TUGAS
SIYASAH HARBIYAH
(PERANG
MAWAR)
logo uin suka |
Oleh:
Nurul
Hudaya (14370080)
JURUSAN
SIYASAH
FAKULTAS
SYARIA’H DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
PERANG
MAWAR
(1455-1487)
Kerajaan
Inggris memang tidak berdiri atas satu keluarga bangsawan saja. Ada beberapa
keluarga bangsawan yang hidup ditanah Inggris yang paling kuat adalah keluarga
Lancaster (leeds) dan Youk (Manchester). Kastil tempat tinggal mereka dipenuhi
dengan tentara yang besar. Saat terjadi perang melawan Prancis (perang seratus
tahun), keluarga-keluarga bangsawan Inggris mampu bersatu, tidak terkecuali
keluarga Lancaster serta York. Akan tetapi, dua tahun setelah perang seratus
tahun melawan Prancis, kerajaan Inggris dilanda prahara besar. Pada abad 15,
terjadi perselisihan memperebutkan tahta Inggris antara keluarga Lancaster dan
keluarga York. Perang besar diantara kedua keluarga itu pun akhirnya berkobar.
Perang
berlangsung selama 30 tahun yang berlangsung dari 1455-1485. Perang ini
dijuluki perang mawar karena symbol mawar yang digunakan sebagai lambang perang
masing-masing tentara. Pasukan Lancaster mengibarkan bendera berlambang mawar
mereh sedangkan tentara York membawa panji-panji bergambar mawar putih.
Perang
dimulai ketika para bangsawan York menyerang Henry VI dari Lancaster yang
berkuasa sebagai raja Inggris, Henry VI dianggap lemah dan orang-orang York
mengambil mahkota raja lalu meneobatkan Richard dari York menggantikan Henry VI
sebagai penguasa kerajaan Inggris. Pertempuran pertama yang merontokkan
kekuasaan Henry VI dan mengangkat nama Richard dari York terjadi di Saint
Albans. Richard menggerakkan 3000 tentara dan Henry VI keluar dari London untuk
mengadang musuh dengan membawa 2000 tentara. Pertempuran ini jelas tidak
seimbang, tentara York hanya butuh waktu setegah jam untuk merebut kekuasaan
Inggris dari tangan Lancaster.
Empat
tahun berlalu, selama masa kekuasaaan raja Richard dari York, orang-orang
Lancaster tetap menaruh dendam atas kekalahan mereka. Mereka berniat merebut
kembali tahta Inggris dan terjadilah Pertempuran Blore Heath di Staffordshire
tahun 1459. Dalam pertempuran itu, beberapa tentara York membelok dan justru
memihak pada Lancaster. Pertempuran kedua ini dimenagkan oleh Lancaster dan
membuat pimpinan York termasuk Richard dan anaknya. Edward melarikan diri ke
Irlandia dan Calais. Henry VI kemudian menjadi raja Inggris dan keluarga York
dinyatakan sebagai pengkhianat kerajaan.
Kekuasaan
Henry VI tidaklah lama. Pada akhir juni 1460. Warwick (pendukung keluarga York)
menyeberangi selat Channel dan menuju kota London. Ia membawa tentara besar dan
mendapat dukungan dari Paus di Roma. Dalam pertempuran Northampton pada bulan
juli, tentara York dibawah komando Warwick mengalahkan tentara Lancaster. Raja
Henry VI di tangan mereka, tentara York kembali ke Landon dengan membawa
kemenangan gemilang. Richard dari York kembali menguasai kerajaan Inggris.
Akan
tetapi, kemenaagan ini tidak bertahan lama. Richard dari York harus
meninggalkan London di akhir tahun untuk memimpin tentaranya melawan pasukan
Lancaster yang berkumpul dekat kota York. Dia mengambil posisi bertahan di
dekat kota Wakefield selama Natal 1460. Kemudian pada tanggal 30 Desember, pasukannya meninggalkan benteng
dan menyerang pasukan Lancaster di tempat terbuka. Tentara Rischard kalah
jumlahnya, akibatnya, pertempuran Wakefield menjadi ajang pembantaian tentara
York. Richard mati terbunuh bersama dengan pemimpin lain yang menjadi
pengikutnya. Kemengan Lancaster telah diraih dan mereka mendapati Hanry VI
duduk terluka di bawah pohon.
Lancaster
kembali ke London dan mendudukkan lagi Henry VI menjadi raja, sedangkan
sisa-sisa pasukan York termasuk pasukan Warwick bergabung dengan pasukan
Edward, anak Richard dari York yang juga selamat. Edward putera Richard dari
York terus melakukan perlawanan bersama Warwirck. Di Herefordshire, Edward dari
York mendapat penelihatan Ilahiah. Ia melihat tiga matahari di ufuk barat dan
ia memercayai bahwa itu tanda kemenangannya kelak. Pasukan dibawah Edward dari
York terus menerbu tentara Lancaster.
Dalam
satu kesempatan Edward dan Warwick berbaris diutara Inggris, mengumpulkan
pasukan besar dan bertempur dengan tentara Lancaster di Towton. Pertempuran ini
merupakan pertempuran terbesar dari perang mawar. Lebih dari 20.000orang
terbunuh selama perang Towton. Edward dari York dan pasukannya meraih
kemenangan yang menentukan dan pasukan Lancaster dapat dihancurkan dengan
sebagian besar pemimpin mereka dibunuh. Henry VI dan istrinya, Margaret, yang
sedang menunggu di York bersama putra mereka, Edward, melarikan diri ke utara
ketika mereka mendengar hasil pertempuran Towton.
Keluarga
Henry VI kecewa karena kemudian banyak bangsawan Lancaster yang selamat beralih
kesetiaan kepada Edward dari York. Kemenangan semakin mendekati keluarga York,
Edward putra Richard dari York perlahan maju untuk membebaskan kota York.
Setelahnya ia mampu menduduki London dan merangkak naik menjadi raja Inggris
pada tahun 1461 denagan gelar raja Edward VI. Ia mendapat banyak dukungan pihak
dan mampu mempertahankan kekuasaannya setidaknya selama sepuluh tahun.
Meski
mampu bertahan selama itu, bukan berarti kekuasaan Edward VI berjalan mulus.
Pada tahun 1464 terjadi pemborontaka orang-orang Lancaster di utara Inggris
meski pemberontakan ini dapat dipadamkan dalam pertempuran Hedgely Moor dan
pemimpin pemberontak, Somerset ditangkap lalu dieksekusi mati. Kekuasaan Edward
VI juga terancam oleh pemberantakan orang kepercayaan sendiri yaitu Warwirc.
Warwick kecewa dengan kebijakan Edward VI tidak menyetujui pernikahan
saudara-saudaranya dengan putri-putri Warwick. Dalam pertempuran Barnet tahun
1471, kaum pemberontaka pimpinan Warwick mampu dihancurkan dengan cepat.
Saat
raja Edward berusaha kembali memulihkan kemabali kekuasaannya, diam-diam musuh
lamanya bersiap kembali menyerang. Sia-sia keluarga Lancaster yang masih hidup
berusaha untuk kembali mengambil kuasa atas tahta Inggris. Margaret dan
putranya, Edward, mendarat di West Country hanya beberapa hari sebelum
pertempuran Barnet. Mereka bergabung dengan pendukung Lancaster di Wales.
Persiapan tentara telah dilaksanakan dan aksi penyerangan telah direncanakan.
Edward VI yang mengetahui rencana ini juga bersiap. Pertempuran pun akhirnya
terjadi.
Kedua
pasukan baik dari Lancaster maupun York bertemu di Tewkesbury. Pertempuran in
akhirnya dimenangkan oleh pasukan York. Edward dari Lancaster, putera Henry VI.
Bersama banyak bangsawan terkemuka Lancaster tewas dalam pertempuran ataupun
dalam eksekusi mati. Henry VI yang telah ditawan sebelumnya di menara London,
akhirnya juga dibunuh setelah pertempuran itu. Dengan matinya Henry VI dan
anaknya, Edward, maka kekuasaan Edward VI di atas tahta Inggris lebih aman.
Perang Tewkesbury memang telah memulihkan keadaan politik kerajaan Inggris
hingga kematian Edward IV pada 1483.
Pergantian
raja Inggris selepas kematian Edward VI dari keluarga York berlangsung penuh
tragedy. Dua orang putera Edward IV menghilang secara misterius di sebuah
menara di London. Dengan hilangnya putera mahkota Richard, adik termuda dari
Edward IV, akhirnya diangkat menjadi raja dan digelari nama Richard III. Selama
kekuasaan Richard III, banyak kalangan bangsawan merasa tidak puas. Bahkan
penguasa dari kastil Buckingham yang sebelumnya mendukung Richard III terbalik
memusuhinyya.
Terjadilan
pemberontkan besar yang dilakukan oleh orang-orang Buckingham. Mereka mendukung
seseorang yang bernama Henry Tudor. Henry Tudor merupakan bagian dari keluarga
Lancaster, ia anak dari saudara Henry VI. Pemberontakan ini mengobarkan lagi
perang antara keluarga York dengan Lancaster. Dalam sebuah perang dilapangan
Boswonrth pada agustus 1485, Richard III terbunuh dan Henry Tudor mendapat
kemenangan pertamanya yang mengantarnya menjadi raja Inggris dengan gelar raja
Henry VII.
Pertempuran
Bosworth menjadi penanda berakhirnya perang mawar di Inggris. Kemenangan Henry
Tudor dibarengi dengan pernikahannya dengan Elizabeth, putri dari Edward IV.
Dengan demikian, keluarga Lancaster dan keluarga York telah bersatu. Henry
Tudor juga telah menyatukan symbol mawar merah milik Lancaster dan mawar merah
milik York menjadi lambang merah putih dalam bendera resmi kerajaan Inggris di
bawah Henry Tudor (Henry VII). Berakhirnya perang mawar ini juga telah
melahirkan dinasti baru, dinasti Tudor.
Setelah
pemberontakan Lancastrian di utara ditindas dalam 1464 dan Henry ditangkap
sekali lagi, Edward jatuh dengan pendukungnya kepala dan penasihat, Earl of
Warwick (dikenal sebagai "Kingmaker"), dan juga terasing banyak teman
dan bahkan anggota keluarga dengan mendukung keluarga ratu, Elizabeth
Woodville, yang telah menikah secara rahasia. Warwick mencoba pertama untuk
menggantikan Edward dengan adiknya George, Duke of Clarence, dan kemudian
mengembalikan Henry VI takhta. Hal ini mengakibatkan dua tahun perubahan yang
cepat dari keberuntungan, sebelum Edward IV sekali lagi memenangkan kemenangan
lengkap di Barnet (April 1471), di mana Warwick terbunuh, dan Tewkesbury (Mei
1471) di mana pewaris Lancastrian, Edward, Pangeran Wales, dieksekusi setelah
pertempuran. Henry dibunuh di Menara London beberapa hari kemudian, mengakhiri
garis Lancastrian langsung suksesi.
Sebuah
periode perdamaian komparatif diikuti, tapi Raja Edward meninggal mendadak di
1483. Kakaknya masih hidup, Richard of Gloucester pertama kali pindah ke
mencegah populer Woodville keluarga janda Edward dari berpartisipasi dalam
pemerintahan selama minoritas anak Edward, Edward V, dan kemudian menguasai
tahta untuk dirinya sendiri, dengan menggunakan legitimasi tersangka pernikahan
Edward IV sebagai dalih. Henry Tudor, relatif jauh dari raja-raja Lancastrian
yang telah mewarisi klaim mereka, mengalahkan Richard di Bosworth tahun 1485.
Ia dimahkotai Henry VII, dan menikahi Elizabeth dari York, putri Edward IV,
untuk bersatu dan mendamaikan kedua pemberontakan houses.Yorkist, disutradarai
oleh John de la Pole, 1st Earl of Lincoln dan lain-lain, berkobar pada tahun
1487 di bawah bendera pretender Lambert Simnel, yang mengaku sebagai Edward,
Earl of Warwick (putra George Clarence), sehingga dalam pertempuran bernada
terakhir. Meskipun sebagian besar dari keturunan yang masih hidup dari Richard
of York dipenjara, pemberontakan sporadis berlanjut sampai 1497 ketika Perkin
Warbeck, yang mengaku sebagai adik dari Edward V, salah satu dari dua Princes
menghilang di menara, dipenjarakan dan kemudian dihukum mati.
Nama
"Perang Mawar" mengacu pada lencana Heraldic terkait dengan dua rumah
kerajaan, White Rose of York dan Red Rose of Lancaster. Ini mulai umum
digunakan pada abad kesembilan belas setelah penerbitan Anne of Geierstein oleh
Sir Walter Scott. Scott berdasarkan nama pada adegan di William Shakespeare
bermain Henry VI Bagian 1, ditetapkan dalam taman-taman Gereja Kuil, di mana
sejumlah bangsawan dan pengacara memilih mawar merah atau putih untuk
menunjukkan kesetiaan mereka kepada Lancastrian atau fraksi Yorkist
masing-masing. Faksi Yorkist menggunakan simbol mawar putih dari awal konflik,
tapi merah mawar Lancastrian rupanya diperkenalkan hanya setelah kemenangan
Henry Tudor pada Pertempuran Bosworth, bila dikombinasikan dengan putih Yorkist
naik untuk membentuk Tudor mawar, yang melambangkan persatuan dari dua rumah.
Sebagian
besar peserta dalam perang mengenakan lencana livery terkait dengan penguasa
langsung atau pelanggan di bawah sistem yang berlaku yang disebut "bajingan
feodalisme". Misalnya, pasukan Henry Tudor di Bosworth berjuang di bawah
bendera naga merah, sementara tentara Yorkist digunakan perangkat pribadi
Richard III dari babi putih.
Meskipun
nama-nama rumah saingan berasal dari kota-kota York dan Lancaster, wilayah
adipati yang sesuai memiliki sedikit hubungannya dengan kota-kota ini. Tanah
dan kantor melekat Kadipaten Lancaster terutama di Gloucestershire, North Wales
dan Cheshire, sedangkan perkebunan dan istana yang merupakan bagian dari
Kadipaten York (dan pangkat pangeran Maret, yang Richard of York juga mewarisi)
yang tersebar di seluruh Inggris , meskipun banyak berada di pawai Welsh.
nya
adalah masa ketika raja-raja Inggris mengklaim ilahi righ dan diyakini oleh
orang-orang mereka untuk menjadi "yang diurapi Tuhan", diarahkan dan
dibimbing oleh tangan Tuhan itu dianggap bahwa raja memiliki kewajiban untuk
membela umat-Nya dan untuk menegakkan hukum tanah tapi cara dia memenuhi
fungsi-fungsi itu sepenuhnya tergantung, dalam prakteknya, pada karakter individu
sovereign.Although raja masih memiliki kekuasaan pribadi yang luas,
kompleksitas pemerintahan di negara dari sekitar 3 juta orang telah menyebabkan
meningkatkan pendelegasian kekuasaan melalui meningkatnya jumlah departemen
negara
Aturan
hak anak sulung laki-laki pada umumnya diterapkan pada suksesi kerajaan. Sejak
The Anarchy, disebabkan oleh kematian Raja Henry I dari Inggris pada 1135 tanpa
ahli waris laki-laki, dibawa ke sebuah akhir oleh aksesi cucunya Henry II,
tidak ada masalah besar yang muncul dengan pendekatan ini. Dari deposisi
Richard II pada 1399 sampai akhir abad kelima belas, bagaimanapun, mahkota
adalah fokus ketidakpuasan, sebagian karena munculnya apa yang Sir John
Fortescue, menulis dalam tahun 1460, yang disebut "subjek over-perkasa"
Karena sebagian besar jumlah anak yang dihasilkan oleh Raja Edward III, terlalu
banyak mata pelajaran terkemuka. memiliki klaim tahta atau bercita-cita untuk
menjadi kekuatan di balik itu.
Penggerak
utama dalam Perang Mawar adalah anggota aristokrasi bertanah, termasuk royal
adipati, marquesses dan Earl (relatif sedikit jumlahnya), dan sejumlah besar
baron, ksatria dan tuan tanah. Banyak perkebunan besar dikontrol dan menikmati
aliansi politik yang menempatkan di pembuangan sejumlah besar mereka pengikut feodal
dan penyewa, di samping itu, praktek menjaga sejumlah besar dibayar
laki-prajurit (dikenal sebagai "pemeliharaan") meningkat prestise
seorang bangsawan, sering diukur dari segi "afinitas" nya, (yaitu,
mereka terikat kontrak untuk melayani Dia), yang mengenakan
"seragam"-nya (seragam dan lencana) dan menemaninya dalam kampanye
militer. Sebagai imbalannya, bangsawan dibayar pensiun, perlindungan yang
diberikan dan manfaat keuangan yang diberikan. Melalui "livery dan
pemeliharaan", penurunan feodalisme di bangun dari Perang Seratus Tahun
digantikan oleh sistem resmi dimana bangsawan dilayani oleh pengikut berseragam
di bawah kontrak atau perjanjian. Karena raja diandalkan bangsawan mereka untuk
memberikan mereka dengan pasukan bila diperlukan, itu dalam kepentingan mereka
untuk menjaga hubungan baik dengan aristokrasi dan bangsawan yang, jika
diprovokasi, bisa bersaing dengan mereka dalam hal kekuatan bersenjata.
Demikian juga, seorang raja itu berkewajiban untuk mencegah perebutan kekuasaan
antara pembesarnya, karena ini dapat mempengaruhi stabilitas kerajaan di
samping ancaman terhadap posisinya sendiri bahwa mereka disajikan. Setelah
kekalahan dalam Perang Seratus Tahun, pemilik tanah Inggris mengeluh lantang
tentang kerugian finansial akibat hilangnya kepemilikan benua mereka, ini
sering dianggap sebagai penyebab iuran dari Perang Mawar.
Pada
saat yang sama, kelas menengah tumbuh lebih makmur dan berpengaruh melalui
kepentingan dagang nya. Lambatnya penurunan perdagangan wol setelah 1450
diimbangi oleh meningkatnya permintaan dari luar negeri, tidak hanya untuk kain
wol, tapi untuk timah, timbal, kulit dan produk lainnya. Calais, yang tetap di
tangan Inggris setelah sisa wilayah Perancis Inggris hilang pada tahun 1453,
adalah pasar wol kepala, menarik pedagang dari seluruh Eropa. Pentingnya
mempertahankan Calais Oleh karena itu penting untuk kelanjutan kemakmuran
bangsa. Selama Perang Mawar, bagaimanapun, Calais juga datang untuk dilihat
sebagai tempat berlindung yang potensial bagi mereka yang telah jatuh dari
kekuasaan, dan bahkan sebagai batu loncatan untuk invasi potensi Inggris.
Kelas
bawah, sangat dipengaruhi oleh ajaran Lollard dan semakin siap untuk
mempertanyakan tatanan mapan, mulai menunjukkan berkurangnya rasa hormat
terhadap otoritas dan hukum, yang memberikan kontribusi untuk suasana umum
kerusuhan. Dari awal pemerintahan Henry VI tahun 1422, keluhan tentang korupsi,
huru, kerusuhan dan maladministrasi keadilan, menjadi luas. Salah satu ancaman
terbesar bagi hukum dan ketertiban berasal dari tentara yang kembali dari
perang di Perancis. Kekurangan uang, terbiasa dengan kekerasan, dan sekarang
dibebaskan dari disiplin militer, banyak dibutuhkan untuk kehidupan perampokan
dan pelanggaran hukum. Beberapa memasuki pelayanan bangsawan sebagai bagian dari
tentara pribadi mereka. Meskipun Dewan Raja diatur negara atas nama raja muda,
ia tidak dapat mengontrol taipan. Para penulis sejarah John Hardyng menulis:
"Dalam setiap shire, dengan jack dan sallets bersih, pemerintahan yang
buruk Maha bangkit dan menerbitkan perang tetangga". Kebanyakan penjahat
tampaknya telah berhasil lolos dengan kejahatan mereka. Dari mereka yang
tertangkap, banyak yang dibebaskan sementara yang lain diberi grasi dikeluarkan
atas nama Henry VI.
Aturan
keterlibatan militer berubah karena perang sipil berhasil kampanye di luar
negeri. Itu adat untuk kavaleri berat untuk melawan sepenuhnya pada kaki. Dalam
beberapa kasus, bangsawan turun dan berjuang di antara kaki-prajurit umum,
untuk menginspirasi mereka dan untuk menghilangkan gagasan bahwa dalam kasus
kekalahan mereka mungkin ditebus sementara prajurit biasa, dengan nilai yang
kecil, menghadapi kematian. Itu sering diklaim, bagaimanapun, bahwa para
bangsawan menghadapi risiko lebih besar dari prajurit biasa. The Burgundi
pengamat Philippe de Commines melaporkan bahwa setelah Edward IV telah melihat
bahwa kemenangan sudah pasti di medan perang, dia akan memanggil bahwa prajurit
biasa melarikan diri akan terhindar, tapi tanpa ampun akan ditampilkan kepada
penguasa. Ada sedikit insentif bagi siapa pun untuk mengambil tahanan setiap
berpangkat tinggi mulia selama atau segera setelah pertempuran. Selama Perang
Seratus Tahun melawan Prancis, seorang ningrat ditangkap akan mampu menebus
dirinya sendiri untuk jumlah besar, tetapi dalam Perang Mawar, seorang
bangsawan yang menjadi anggota faksi dikalahkan akan dinyatakan attainted, dan
karena itu memiliki tidak ada properti, dan tidak ada nilai penculiknya.
The
"ras magnates kuat" diciptakan oleh Raja Edward III pada abad keempat
belas. Edward dan istrinya Philippa dari Hainault memiliki tiga belas anak,
termasuk lima anak-anak yang tumbuh hingga jatuh tempo. Edward perjodohan yang
kuat bagi mereka dengan ahli waris Inggris dan menciptakan pertama dukedoms
pernah Inggris: Cornwall, Clarence, Lancaster, York dan Gloucester. Keturunan
bangsawan ini akan "akhirnya saling menantang untuk takhta itu
sendiri".
Edward
III digantikan pada tahun 1377 oleh cucu sembilan tahun lamanya Richard II,
yang ayahnya, Edward, Pangeran Hitam, telah meninggal pada 1376. Putra Edward
III yang kedua, Lionel of Antwerp, Duke pertama Clarence, juga mendahului dia
dan meninggalkan satu anak perempuan, Philippa, yang menjadi ahli waris dugaan
Richard II. Philippa menikah Edmund Mortimer, 3rd Earl Maret, namun pasangan ini
meninggal dalam waktu satu bulan satu sama lain pada tahun 1381. The beranak
Richard II bernama putra mereka, Roger Mortimer, 4th Earl of March, sebagai
ahli warisnya dugaan, tapi Roger Mortimer juga meninggal, tahun 1398,
meninggalkan seorang anak muda, Edmund Mortimer, Earl 5 Mar. Ketika garis Black
Prince gagal, anak sulung akan didikte mahkota lewat untuk Edmund Mortimer,
sebagai keturunan dari Lionel of Antwerp. Ketika tahta Richard II telah
dirampas oleh sepupunya, Henry Bolingbroke, garis normal suksesi oleh-berlalu
dan ini adalah masalah penting dalam apa yang dikenal sebagai Perang Mawar.
Pemerintah
Richard II menjadi sangat tidak populer di luar benteng di Cheshire dan Wales,
dan dia diasingkan Bolingbroke, putra ketiga putra Edward III John dari Gaunt.
Ketika Bolingbroke kembali dari pengasingan pada 1399, awalnya untuk merebut
kembali hak-haknya sebagai Duke of Lancaster, ia mengambil keuntungan dari
dukungan dari sebagian besar para bangsawan untuk menggulingkan Richard dan
dimahkotai Raja Henry IV. Ada sedikit dukungan untuk counter-klaim kaum muda
Edmund Mortimer, namun klaim keluarga Mortimer tahta adalah alasan untuk
pemberontakan utama Owain Glyndŵr di Wales, dan lainnya, kurang berhasil,
pemberontakan di Cheshire dan Northumberland.
Putra
Henry IV dan penggantinya, Henry V, mewarisi sementara ditenangkan bangsa, dan
keberhasilan militer melawan Perancis dalam Perang Seratus Tahun didukung
popularitasnya, memungkinkan dia untuk memperkuat terus Lancastrian atas
takhta. Namun demikian, salah satu konspirasi terkenal melawan Henry
berlangsung selama pemerintahan sembilan tahun: Plot Southampton, yang dipimpin
oleh Richard, Earl of Cambridge, putra Edmund dari Langley, putra keempat dari
Edward III. Cambridge dieksekusi pada tahun 1415, karena pengkhianatan, pada
awal kampanye yang menyebabkan Pertempuran Agincourt. Istri Cambridge, Anne
Mortimer, yang meninggal tahun 1411, adalah putri dari Roger Mortimer dan
dengan demikian keturunan Lionel of Antwerp. Kakaknya Edmund, Earl of March,
yang telah setia mendukung Henry, meninggal tanpa anak di 1.425 dan klaimnya
dan judul sehingga diteruskan ke keturunan Anne.
Richard
Duke of York, putra Cambridge dan Anne Mortimer, berusia empat tahun pada saat
eksekusi ayahnya. Meskipun Cambridge itu attainted, Henry kemudian diizinkan
Richard untuk mewarisi judul dan tanah Cambridge kakak Edward, Duke of York,
yang meninggal berjuang bersama Henry di Agincourt dan tidak punya masalah.
Henry, yang memiliki tiga adik dan dirinya di prima dan baru saja menikah,
tidak punya keraguan bahwa hak Lancastrian untuk mahkota itu aman. Kematian
dini Henry menyebabkan anaknya hanya datang ke tahta saat masih bayi dan negara
diperintah oleh bupati. Adik laki-laki Henry V tidak menghasilkan hidup masalah
yang sah, hanya menyisakan sepupu jauh (yang Beauforts) sebagai alternatif
Lancaster ahli waris, dan dengan demikian Richard klaim York tahta menjadi
lebih signifikan, menempatkan dia dalam posisi untuk mengancam lemah Raja Henry
VI.
Sejarawan
masih memperdebatkan sejauh mana sebenarnya dampak konflik terhadap kehidupan
Inggris abad pertengahan, dan beberapa revisionis, seperti sejarawan Oxford KB
McFarlane, menunjukkan bahwa konflik selama periode ini telah secara radikal
dilebih-lebihkan, dan bahwa ada, pada kenyataannya, tidak ada Perang Mawar sama
sekali. Banyak tempat sebagian besar tidak terpengaruh oleh perang, terutama di
bagian timur Inggris, seperti East Anglia.
Dengan
banyak korban mereka di antara kaum bangsawan, perang diperkirakan terus
perubahan dalam masyarakat Inggris feodal disebabkan oleh efek dari Black
Death, termasuk melemahnya kekuasaan feodal para bangsawan dan penguatan yang
sesuai dari kelas pedagang, dan pertumbuhan yang kuat, monarki yang terpusat di
bawah Tudors. Ini menandakan akhir periode abad pertengahan di Inggris dan
gerakan menuju Renaissance.
Ini
juga telah menyarankan bahwa dampak traumatis dari perang terlalu
dibesar-besarkan oleh Henry VII untuk memperbesar prestasinya dalam memadamkan
mereka dan membawa perdamaian. Tentu saja, efek dari perang pada kelas pedagang
dan bersalin adalah jauh lebih sedikit daripada dalam perang panjang
berlarut-larut pengepungan dan penjarahan di Perancis dan di tempat lain di
Eropa, yang dilakukan oleh tentara bayaran yang mendapat keuntungan dari
memperpanjang perang. Meskipun ada beberapa pengepungan panjang, seperti di
Castle Harlech dan Bamburgh Castle, ini adalah di daerah yang relatif terpencil
dan jarang dihuni. Di daerah-daerah, kedua faksi memiliki banyak kehilangan dengan
kehancuran negara dan mencari resolusi cepat konflik dengan pertempuran
bernada.
Banyak
daerah tidak melakukan apa pun sedikit atau mengubah pertahanan kota mereka,
mungkin merupakan indikasi bahwa mereka tidak tersentuh oleh perang. Tembok
kota yang baik dibiarkan dalam keadaan menghancurkan mereka atau hanya sebagian
dibangun kembali. Dalam kasus London, kota itu mampu menghindari dihancurkan
oleh tentara meyakinkan York dan Lancaster untuk tetap keluar setelah
ketidakmampuan untuk menciptakan tembok kota sekali-defensif.
Raja-raja
Perancis dan Skotlandia serta adipati dari Burgundy memainkan dua faksi off
melawan satu sama lain, menjanjikan bantuan militer dan keuangan dan menawarkan
suaka kepada bangsawan dikalahkan dan berpura-pura, untuk mencegah Inggris yang
kuat dan terpadu dari membuat perang pada mereka. Periode pasca-perang juga
lonceng kematian bagi tentara baron besar berdiri, yang telah membantu bahan
bakar konflik. Henry VII, waspada terhadap pertempuran selanjutnya, terus baron
pada tali yang sangat ketat, menghapus hak mereka untuk meningkatkan, lengan,
dan tentara pasokan pengikut sehingga mereka tidak bisa membuat perang terhadap
satu sama lain atau raja. Akibatnya kekuatan militer baron individu menurun,
dan pengadilan Tudor menjadi tempat di mana pertengkaran baron diputuskan
dengan pengaruh raja.
Beberapa
rumah mulia benar-benar dibasmi selama perang. Sebagai contoh, dalam periode
1425-1449, sebelum pecahnya perang, ada sebanyak kepunahan garis mulia seperti yang terjadi selama periode
pertempuran 1450-1474. Namun, para bangsawan yang paling terbuka ambisius
meninggal, dan pada periode selanjutnya dari perang, sedikit bangsawan siap
mempertaruhkan hidup mereka dan judul dalam sebuah perjuangan pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar